Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 48 poin pagi ini ke posisi Rp 15.670 berdasarkan data Bloomberg Spot, Jumat (16/2/2024) pukul 09.20 WIB. Sebelumnya, pada penutupan Kamis kemarin (15/2/2024), nilai tukar rupiah di level Rp15.622 Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar mata uang Garuda ada potensi melemah pada akhir pekan ini.
Ia mengungkapkan, fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda terdampak berbagai sentimen. Salah satunya yakni adanya proses penghitungan cepat alias Quick Count Pemilu Pilpres yang tengah berlangsung. Rupiah Jumat Pagi Tertekan, Gara gara Hasil Quick Count Pilpres? Ini Penjelasan Analis
VIRAL Menantu Diusir Mertua Gara gara Beda Pilihan Capres, Emosi Lihat Hasil Quick Count, Istri Diam Hasil Pilpres 2024 Diumumkan Besok: Cek Perbandingan Quick Count vs Real Count KPU Tertinggal Versi Quick Count, Mahfud MD Menantikan Hasil Resmi Pilpres 2024
Hasil Real Count Pilpres 2024 Tak Beda dengan Quick Count, Prabowo Gibran Semakin Tak Terkejar Lengkap, Hasil Pilpres 2024 Versi Rekapitulasi KPU, Kawalpemilu, Quick Count, Terjawab Pemenangnya Soal Hasil Quick Count Pilpres 2024, Ganjar Pranowo: Saya Belum Melihat Kekalahan
Hasil Quick Count Final Pilpres 2024, Data Masuk 100 Persen, Bandingkan dengan Real Count KPU Disinyalir, para pelaku pasar masih menunggu hasil akhir, meskipun ada indikasi kuat salah satu pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang unggul dalam hasil Quick Count tersebut. Namun, untuk pelemahan nilai tukar, utamanya disebabkan pasar mewaspadai tingkat inflasi konsumen di AS yang masih meningkat.
"Rupiah sempat bergerak menguat terhadap dollar AS pagi kemarin karena efek 1 putaran. Tapi di sisi lain, pasar mewaspadai tingkat inflasi konsumen AS yang masih menaik," papar Ariston. "Data ini menurunkan ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS. Ini mungkin menjadi pertimbangan pasar sehingga penguatan rupiah tidak bertahan," sambungnya. Selain itu, data trade balance Indonesia bulan Januari, meskipun masih surplus tapi terjadi penurunan surplus yang diakibatkan penurunan ekspor yang melebihi ekspektasi.
Hasil ini mungkin juga membebani rupiah hari ini. "Data Penjualan Ritel AS, data klaim tunjangan pengangguran AS dan beberapa data yang berkaitan dengan manufaktur AS bisa mempengaruhi pergerakan USD IDR," ungkap Ariston. "Bila data data yang dirilis kembali positif atau lebih bagus dari ekspektasi pasar, dollar AS bisa menguat lagi terhadap rupiah, dan sebaliknya," pungkasnya.