Sebanyak 1.200 dokter paru di Indonesia mengikuti pertemuan ilmiah pulmonologi dan kedokteran respirasi (PIPKRA) ke 21 di salah satu hotel di Jakarta Pusat. Pertemuan ribuan dokter paru ini mengusung tema The Future Landscape of Pulmonary Medicine in Indonesia. Salah satu yang menjadi pembahasan dalam pertemuan ini antara lain soal pencegahan penyakit paru hingga persiapan obatnya di masa mendatang.
"Kami berdiskusi membahas apa yang sudah dilakukan, yang akan dilakukan, penelitian, pelayanan dan lain lain," ujar ketua panitia Heidy Agustin di Jakarta Jumat (3/5/2024). Diketahui, penyakit paru rentan dengan kematian jika tidak ditangani dengan baik. Pasalnya dari data yang ada, 60 persen pasien pneumonia (radang paru paru) yang dirawat di ICU wafat.
Saat ini menurut Heidy, tantangan kesehatan paru yaitu tuberkolosis, merokok dan polusi udara. Dampaknya yakni kanker paru atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Pentingnya pertemuan ilmiah pulmonologi dan kedokteran respirasi dijelaskan pula oleh Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama. 10 Pekerjaan yang Akan Bersinar di Indonesia Tahun 2025, Persiapan Lulusan untuk Masa Depan
Dokter Paru Periksa Perokok di Blangbadang Kontrak Habis Tahun Depan, Masa Depan Conor Gallagher di Chelsea Tak Jelas Renungan Harian Kristen Yesaya 46:10, Pengendali Masa Depan
Mauricio Pochettino Meledak di Jackson Ketika Thiago Silva Isyaratkan Peran Masa Depan di Chelsea Telapak Tangan Berkeringat Tanda Paru paru Basah, Benarkah Demikian? Begini Penjelasan Medisnya Gelar Halal Bihalal, PKB Kumpulkan Cakada Se Indonesia di Makassar, Ada Andi Seto hingga Tomy Satria
Haru! Blogger Muda Aceh Nikahi Dokter Cantik, Ijab Kabul dengan Mertua Tepat di Depan Ka'bah Dirinya mengatakan masyarakat telah melewati dua era pandemi yaitu H1N1 (flu babi) tahun 2009 dan pandemi Covid 19 tahun 2020. "Dua duanya kena paru. Dan paru jadi masalah utama. Meskipun pandeminya sudah reda. Kita harus siap menghadapi pandemi berikutnya. Dari pengalaman sebelumnya, hampir pasti pandemi yang akan datang berdampak pada paru juga," katanya.
Sebagai antisipasi pandemi berikutnya, pihaknya membahas persiapan serta kebijakan internasional. Antisipasi akan pandemi diutarakan pula oleh ketua Satgas Covid 19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof. DR. Dr. Erlina Burhan. Erlina mengatakan PIPKRA ke 21 membahas tentang imunologi, sistem kekebalan tubuh.
"Kami mengingatkan kembali kepada para dokter yang hadir masalah pertahanan tubuh itu penting disamping vaksin dan obat obatan. Pencegahan lebih baik dibanding mengobati. Tadi juga disinggung soal nutrisi guna meningkatkan imunitas," ujarnya. Lantas, terkait informasi yang ramai di sosial media terkait pandemi ketiga yang disebut akan muncul, Erlina memberikan penjelasan. Menurutnya, banyak salah pengertian terkait pandemi ketiga serta ketakutan akan WHO mengendalikan negara negara di dunia.
"Sesungguhnya pandemi ketiga adalah persiapan. Kita belajar. Dulu ada flu Spanyol (pandemi tahun 1918). Di era modern ada flu H1N1, kemudian Covid 19," ujarnya. Mengingat saat ini terjadi perubahan suhu atau iklim memungkinkan mikroorganisme maupun bakteri atau parasit menyesuaikan diri bertahan. Manusia pun harus mempersiapkan diri untuk bertahan. Ia menilai, WHO berupaya membuat negara negara di dunia bertahan bilamana ada pandemi berikutnya.
Ke depannya ada persamaan setiap negara untuk mendapat akses kesehatan khususnya vaksin atau obat obatan. Pihaknya berharap agar masyarakat sadar hidup sehat dan menjaga pola nutrisi makanan sehat. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.